Selasa, 12 Agustus 2014




MENGENAL ULAMA DUNIA:
  Ulama adalah shalihun yang mengamalkan ilmunya. Mereka adalah lentera dunia, pewaris Nabi saw dan pewaris nabi-nabi sebelumnya, penerus (khalifah) para nabi, kepercayaan umat dan kepercayaan Allah swt atas makhluknya. Mengenai mereka, Rasulullah saw bersabda:
اَلْعُلَمَاءُ مَصَابِيْحُ الْأَرْضِ وَخُلَفَاءُ الْأَنْبِيَاءِ وَوَرَثَتِي وَوَرَثَةُ الْأَنْبِيَاءِ .
“Ulama adalah lentera dunia, penerus (khalifah) para nabi, pewarisku dan pewaris para nabi”. HR Ibnu Ady pada kitab al-Kaamil dari Aly ra.
Pada hadits ini para khalifah termasuk ulama akhirat. Dan sabdanya:
اَلْعُلَمَاءُ وَرَثَةُ الْأَنْبِيَاءِ تُحِبُّهُمْ أَهْلُ السَّمَاءِ وَتَسْتَغْفِرُ لَهُمُ الْحِيْتَانُ فِى الْبَحْرِ إِذَا مَاتُوْا إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ .
“Ulama adalah pewaris para nabi, mereka dicintai penduduk langit, dan ketika mereka mati dimintakan ampulan oleh ikan-ikan di laut sampai hari kiamat”. HR Ibnu al-Najjar dari Anas ra. Dan sabdanya:
اَلْعُلَمَاءُ أُمَنَاءُ اللهِ عَلَى خَلْقِهِ .
“Ulama adalah kepercayaan Allah swt atas makhluk-Nya”. HR al-Qadlabi dan Ibnu Asakir dari Anas ra. Dan sabdanya:
اَلْعُلَمَاءُ أُمَنَاءُ أُمَّتِي .
“Ulama adalah kepercayaan umatku”. HR al-Daylami dalam kitab Musnad al-Firdaus.
Ulama akhirat itu terbagi menjadi tiga bagian:
Pertama; al-Muhaddits (pakar hadits), yaitu orang yang mengerti kondisi perawi hadits kuat atau lemahnya, hadits yang diriwayatkan shahih atau tidaknya, dan lain-lain, dari perkara yang berhubungan dengan ilmu hadits.
Kedua: al-Mufassir (pakar tafsir), yaitu orang yang mengerti makna setiap ayat dan tujuan ayat dari hukum-hukum syariat dan lain-lain, dari perkara yang berhubungan dengan ilmu tafsir.
Ketiga; al-Faqiih (pakar fikih), yaitu orang yang mengerti hukum-hukum syariat dari nash dan istinbathnya. Sedang yang dikehendaki disini adalah orang yang menghasilkan sebagian fikih untuk memahami fikih yang lainnya.
Dan tidak termasuk ulama adalah pakar nahwu dan sharof, pakar bahasa dan teologi (ilmu kalam), tetapi mereka hanyalah aalimuun, yaitu orang-orang yang mengerti ilmu nahwu, sharof, bahasa dan teologi. (lihat kitab Fathul Mu’in, bab washiat kepada ulama).
Ulama akhirat adalah para pengemban dakwah.
Dakwah sendiri ialah usaha dengan mencurahkan segenap kemampuan untuk menyebarkan agama Islam, baik akidah, syariat atau akhlak. Dan ulama akhirat adalah para pengemban dakwah, karena Islam tidak akan pernah sampai kepada kita tanpa adanya dakwah dari para ulama. Jadi ulama akhirat itu berdakwah kepada akidah Islam, syariat Islam dan akhlak Islam. Kesimpulan ini dapat dipahami dari sejumlah fakta berikut:
Pertama: Ulama adalah pewarits (penerus) para nabi as. Sedang para nabi itu tidak mewariskan harta benda, tetapi hanya mewariskan ilmu agama. Sedang dakwah itu hanya bisa dilakukan dengan ilmu, maka ulama adalah pengemban dakwah.
Kedua: Ulama adalah hujah Allah di atas bumi-Nya atas makhluk-Nya. Sedangkan hujah itu tidak dapat tegak kecuali melalui lisan yang menyeru dengan fikih, ilmu dan kemampuan. Dengan demikian, ulama itu lebih layak untuk berdakwah daripada manusia yang lain.
Ketiga: Ulama adalah ahlul halli wal aqdi diantara umat, dan mereka adalah ulil amri yang wajib ditaati. Dalam hal ini Allah swt berfirman:
{ أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ مِنْكُمْ }
“Taatlah kamu kepada Allah, taatlah kamu kepada al-Rasul dan ulil amri diantara kamu”. QS an-Nisa ayat 59.
Imam Mujahid berkata: “Ulil amri adalah ulama dan fuqaha”. Jadi ketika ulama adalah ulil amri, maka wilayah dakwah mereka tentu lebih utama.
Keempat: Ulama adalah kepercayaan Allah dan umat, untuk mengatur kemaslahatan besar umat; agamanya, dunianya dan keamanannya. Maka tentu lebih utama ketika ulama adalah kepercayaan Allah dan umat dalam berdakwah dan urusan dakwah.
Kelima: Ulama adalah ahlu syuro dimana umat mengembalikan semua urusannya dan kemaslahatannya kepada mereka. Ketika ulama dijadikan rujukan musyawarah terkait semua kemaslahatan agama dan dunia umat, maka ketika mereka menjadi ahlu syuro dalam berdakwah dan kepemimpinan dakwah, tentu lebih utama.
Keenam: Ulama adalah para pemimpin (imam) agama. Sedangkan kepemimpinan dalam agama adalah keutamaan besar, kemuliaan dan kedudukan yang tinggi. Dalam hal ini Allah swt berfirman:
{ وَجَعَلْنَا مِنْهُمْ أَئِمَّةً يَهْدُونَ بِأَمْرِنَا لَمَّا صَبَرُوا وَكَانُوا بِآيَاتِنَا يُوقِنُونَ }
“Dan kami jadikan diantara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah kami ketika mereka sabar, dan adalah mereka meyakini ayat-ayat Kami”. QS al-Sajadah[32]: 24.
Sedangkan kepemimpinan dalam agama itu meniscayakan kepemimpinan dalam dakwah, karena tidaklah ada agama kecuali dengan dakwah, dan tidaklah ada dakwah keculai dengan agama.
Ketujuh: Ulama adalah ahlu dzikir, sedang dzikir itu harus dengan ilmu dan dakwah. Dalam hal ini Allah swt berfirman:
{ فَاسْأَلُوا أَهْلَ الذِّكْرِ إِنْ كُنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ }
“Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui”. QS al-Nahel[16]: 43. Maka atas dasar ini, ulama adalah pengemban dakwah.
Kedelapan: Ulama adalah orang-orang utama diantara manusia. Dalam hal ini Allah swt berfirman:
{ يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ... }
“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantara kalian dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat…”. QS al-Mujaadilah[58]: 11. Sedangkan seutama-utamanya manusia adalah pengemban dakwah.
Kesembilan; Ulama adalah sebaik-baik manusia dan yang paling takut kepada Allah. Dalam hal ini Allah swt berfirman:
{ إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاءُ... }
“Sesungguhnya yang takut kepada Allah diantara hamba-hamba-Nya hanyalah ulama”. QS Fathir[35]: 28. Ketika kondisi ulama seperti itu, maka mereka sangat layak menjadi pengemban dakwah, dan sangat layak menjadi pemimpin dan motifator dalam dakwah.
Kesepuluh; Ulama adalah saksi Allah dimana Allah telah menyaksikan keesaan-Nya kepada mereka, dan telah menggandengkan kesaksian mereka dengan kesaksian-Nya dan kesaksian malaikat-Nya. Dalam hal ini Allah swt berfirman:
{ شَهِدَ اللَّهُ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ وَالْمَلَائِكَةُ وَأُولُو الْعِلْمِ قَائِمًا بِالْقِسْطِ، لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْعَزِيْزُ الْحَكِيْمُ }.
“Allah bersaksi bahwasannya tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang menegakkan keadilan, para malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyaksikan yang demikian itu). Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”. QS Ali Imron[3]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar