Langit yang indah:
MENGELILINGI LANGIT BERSAMA NABI SULAIMAN
Dan
sesungguhnya Kami telah memberi ilmu kepada Daud dan Sulaiman; dan
keduanya mengucapkan. Segala puji bagi Allah yang melebihkan kami dari
kebanyakan hamba-hamba-Nya yang beriman". (Q.S. 27:15)
Nabi Sulaiman
adalah seorang nabi yang kehidupannya banyak diliputi oleh
keajaiban-keajaiban. Dari mulai pengalaman mistisnya hingga kepemilikan
kekayaan duniawinya begitu mencengangkan siapapun. Tentunya sebagai
seorang nabi, itu semua adalah karena mukjizat yang datang dari Allah
SWT semata untuk membuktikan kebenaran kenabiannya, yang memang kondisi
pada jaman itu menghendaki seorang nabi memiliki keajaiban-kejaiban
sedemikian. Berikut ini kisahnya ketika Sulaiman a.s. diajak oleh
seorang Raja Jin untuk mengelilingi langit.
Sejak kecil
Nabi Sulaiman a s. telah diperkenalkan kepada dunia-dunia lain selain
dari dunia ini. Tersebutlah kisahnya ketika ibunda Nabi Sulaiman a.s.,
yang memiliki kenalan seorang raja jin yang bernama Thoyib, mengajukan
suatu keinginan kepadanya,
"Wahai Raja,
mengapa anakku, Sulaiman, kau diamkan saja. Ajaklah ia
berkeliling-keliling untuk bertamasya melihat-lihat ke pulau-pulau yang
ghaib-ghaib, agar ia tahu alam yang halus-halus di seluruh samudera dan
di seluruh gunung yang penuh dengan keindahan dan penuh dengan keajaiban
dilihat oleh mata biasa itu."
Hal itu
disebabkan karena Sulaiman a s., meskipun masih remaja, akan tetapi
sudah diangkat menjadi seorang raja. Tamu-tamu banyak berdatangan ke
istananya. Ibunya khawatir menyaksikan Sulaiman kecapaian menghadapi
tamu-tamu yang datang silih berganti itu. Agar anaknya dapat melepaskan
sejenak kejenuhan kesehariannya, maka sang ibunda meminta Raja Thoyib
untuk itu.
"Apa yang menjadi kehendak Sang Puteri akan saya laksanakan," demikian Raja Thoyib menyanggupi permintaan Ibunda Sulaiman.
Mulailah Nabi
Sulaiman berangkat bersama Raja Thoyib ke alam lain dengan menunggang
kereta kuda singgasana yang besar yang terbuat dari kaca yang bening
seperti gelas, bercahaya gemerlapan dari kilaunya komala yang indah.
Bagian depannya dilapis emas yang bercahaya pula. Melesatlah kereta
kencana Nabi Sulaiman as. bersama Raja Thoyib ke angkasa. Selama tiga
ratus tahun perjalanan, apabila dilakukan oleh makhluk biasa, namun oleh
mereka hanya dalam sekejap saja.
Tempat yang
pertama didatangi adalah hamparan samudera lautan yang biru bergantung
di sebelah atas, terdapat pula gunung-gunungnya yang membiru. Nabi pun
berucap syukur ke hadirat Allah SWT atas kebesaran alam yang dilihatnya.
Ada pula laut yang berwarna kuning, bergelombang, berombak; ada juga
lautan seperti emas bercahaya. Nabi pun keheranan, serta bertanya kepada
Raja Thoyib,
"Paman Raja,
laut apakah itu yang senantiasa bercahaya?" Jawab sang Raja, "Itulah
asal muasal segala kencana dari kencana yang telah diciptakan sebagai
keraton Banujin tatkala itu. Dinamakan dengan Sayhub. Adapun yang
senantiasa bergerak-gerak putih bercahaya gemilang itu disebut dengan
Samudera Kisthi, ialah asal-mula perak. Tetapi emas dan perak yang ada
di dunia bukanlah berasal dari sini. Mereka itu bukan dari bumi. la
adalah emas dan perak milik setan Sunu atau anak setan yang sekarang
berdiam di tempat itu."
Samudera jin
itu kelihatan begitu bening. Cahayanya berkilauan dan mengeluarkan bau
harum. Terletak dekat Samudera Bubur Kemenyan. Tempat yang lainnya lagi
adalah “Telaga Kastu", beningnya bagaikan beningnya kaca; wangi baunya
semerbak di sekitarnya. Ada lagi Samudera Kembang di dekat tempat itu.
Di dalam samudera ini merupakan tempat berkumpulnya kembang-kembangan
dengan bunga-bunganya yang beraneka ragam, beserta kumbang-kumbangnya.
Tempat itu
semua merupakan sarana atau tempat jin dan setan untuk mengambil
bahan-bahan wewangian, dan Tuhan apabila berkehendak akan menyiramkan
sari-sari bunga. Seperti hujan air mawar misalnya, airnya itu akan
diambil dari sana, jadi merupakan persedian untuk hal itu.
Kemudian
terlihat pula ada gunung-gunung ratna, gunung suwasa, gunung biduri,
gunung angkik berhadapan dengan gunung belerang merah. Gunung kaca
gemilang berkilap jernih. Itu adalah kaca cermin ketika terjadi, apabila
terdapat bintang mendekatinya maka akan menjadi hancur. Apabila
kelihatan dari dunia, benda itu akan memancar dan disebutnva dengan teja
sulaksa.
Terlihat lagi
sekelebat gunung baja, dan gunung batu berhadapan dengan kemenyan serta
gunung rumput bertebaran amat sangat luasnya. Gunung rumput itu apabila
sewaktu-waktu ada bintang berputar mendekati ia akan terbakar. Dengan
terbakarnya rumput-rumput itu maka menimbulkan kepulan-kepulan asap. Dan
apabila rumput habis terbakar maka asap pun akan berhenti pula," ungkap
Raja Thoyib, ‘peristiwa ini di dunia oleh manusia terkenal dengan
sebutan ‘Bintang Kukus’ atau ‘Bintang Berekor’, karena tentu saja mereka
melihatnya dari jarak jauh."
Kemudian
sekelebatan lagi melihat gunung timah, gunung tembaga, dan yang paling
ujung kelihatan gunung mega, apabila didekatkan akan kelihatan hujan.
Dan apabila tersibak oleh cahaya matahari akan menimbulkan pelangi yang
indah sekali.
Katanya lagi,
"Manusia di dunia menamakannya juga dengan pelangi atau bianglala.
Sesungguhnya timbulnya bianglala ini disebabkan dari air hujan yang
terbias oleh cahaya matahari, itulah maka timbul pelangi, apabila
mendungnya itu luas, maka akan kelihatan pelanginya itu melengkung
mengikuti biasan cahaya mataharinya.
Perjalanan
mereka dilanjutkan kembali. Lalu ada lagi yang terlihat, yaitu gunung
sinar. Sinarnya begitu dingin. Bertumpuk-tumpuk seraya berkerlap-kerlip;
terang redup-terang redup. Ada lagi terlihat gunung embun. Airnya
sangat dingin. Berhadapan dengan gunung api dan gunung bara. Di antara
keduanya terdapat gunung belerang. Di sana keluar minyak yang meleleh.
"Itulah sesungguhnya (gunung embun) yang memberi embun kepada dunia. Dan
apabila Ilahi berkehendak, akan menghujani dengan api serta bara kepada
yang telah dikehendaki Ilahi agar dilakanat-Nya. Itulah sebagai
persediaannya dan sewaktu-waktu, saat-saat rembulan dekat melewatinya,
asap belerang itu akan meleleh deras panas serta tinggi daya
kekuatannya. Apabila jatuh ke dunia, misalnya, jatuhnya di gunung atau
di lautan, suaranya bergemuruh terdengar oleh manusia. Manusia yang
tidak menemui akalnya akan menamainya dengan ‘andaru’ jatuh."
Nabi Sulaiman
tertawa lucu seraya berkata, "Yah, memang jauh sekali dari kebenarannya.
Manusia di dunia banyak sekali salah terka."
Dalam
perjalanan berikutnya, terlihat pula telaga susu. Di ujungnya kelihatan
mengental. Sang Nabi pun bertanya, "Pamanku yang mulia, apakah itu
sebenarnya? Lautan itu kelihatan amatlah sangat putih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar