Minggu, 24 Agustus 2014




Langit yang indah:

MENGELILINGI LANGIT BERSAMA NABI SULAIMAN

 Dan sesungguhnya Kami telah memberi ilmu kepada Daud dan Sulaiman; dan keduanya mengucapkan. Segala puji bagi Allah yang melebihkan kami dari kebanyakan hamba-hamba-Nya yang beriman". (Q.S. 27:15)
Nabi Sulaiman adalah seorang nabi yang kehidupannya banyak diliputi oleh keajaiban-keajaiban. Dari mulai pengalaman mistisnya hingga kepemilikan kekayaan duniawinya begitu mencengangkan siapapun. Tentunya sebagai seorang nabi, itu semua adalah karena mukjizat yang datang dari Allah SWT semata untuk membuktikan kebenaran kenabiannya, yang memang kondisi pada jaman itu menghendaki seorang nabi memiliki keajaiban-kejaiban sedemikian. Berikut ini kisahnya ketika Sulaiman a.s. diajak oleh seorang Raja Jin untuk mengelilingi langit.
Sejak kecil Nabi Sulaiman a s. telah diperkenalkan kepada dunia-dunia lain selain dari dunia ini. Tersebutlah kisahnya ketika ibunda Nabi Sulaiman a.s., yang memiliki kenalan seorang raja jin yang bernama Thoyib, mengajukan suatu keinginan kepadanya,
"Wahai Raja, mengapa anakku, Sulaiman, kau diamkan saja. Ajaklah ia berkeliling-keliling untuk bertamasya melihat-lihat ke pulau-pulau yang ghaib-ghaib, agar ia tahu alam yang halus-halus di seluruh samudera dan di seluruh gunung yang penuh dengan keindahan dan penuh dengan keajaiban dilihat oleh mata biasa itu."
Hal itu disebabkan karena Sulaiman a s., meskipun masih remaja, akan tetapi sudah diangkat menjadi seorang raja. Tamu-tamu banyak berdatangan ke istananya. Ibunya khawatir menyaksikan Sulaiman kecapaian menghadapi tamu-tamu yang datang silih berganti itu. Agar anaknya dapat melepaskan sejenak kejenuhan kesehariannya, maka sang ibunda meminta Raja Thoyib untuk itu.
"Apa yang menjadi kehendak Sang Puteri akan saya laksanakan," demikian Raja Thoyib menyanggupi permintaan Ibunda Sulaiman.
Mulailah Nabi Sulaiman berangkat bersama Raja Thoyib ke alam lain dengan menunggang kereta kuda singgasana yang besar yang terbuat dari kaca yang bening seperti gelas, bercahaya gemerlapan dari kilaunya komala yang indah. Bagian depannya dilapis emas yang bercahaya pula. Melesatlah kereta kencana Nabi Sulaiman as. bersama Raja Thoyib ke angkasa. Selama tiga ratus tahun perjalanan, apabila dilakukan oleh makhluk biasa, namun oleh mereka hanya dalam sekejap saja.
Tempat yang pertama didatangi adalah hamparan samudera lautan yang biru bergantung di sebelah atas, terdapat pula gunung-gunungnya yang membiru. Nabi pun berucap syukur ke hadirat Allah SWT atas kebesaran alam yang dilihatnya. Ada pula laut yang berwarna kuning, bergelombang, berombak; ada juga lautan seperti emas bercahaya. Nabi pun keheranan, serta bertanya kepada Raja Thoyib,
"Paman Raja, laut apakah itu yang senantiasa bercahaya?" Jawab sang Raja, "Itulah asal muasal segala kencana dari kencana yang telah diciptakan sebagai keraton Banujin tatkala itu. Dinamakan dengan Sayhub. Adapun yang senantiasa bergerak-gerak putih bercahaya gemilang itu disebut dengan Samudera Kisthi, ialah asal-mula perak. Tetapi emas dan perak yang ada di dunia bukanlah berasal dari sini. Mereka itu bukan dari bumi. la adalah emas dan perak milik setan Sunu atau anak setan yang sekarang berdiam di tempat itu."
Samudera jin itu kelihatan begitu bening. Cahayanya berkilauan dan mengeluarkan bau harum. Terletak dekat Samudera Bubur Kemenyan. Tempat yang lainnya lagi adalah “Telaga Kastu", beningnya bagaikan beningnya kaca; wangi baunya semerbak di sekitarnya. Ada lagi Samudera Kembang di dekat tempat itu. Di dalam samudera ini merupakan tempat berkumpulnya kembang-kembangan dengan bunga-bunganya yang beraneka ragam, beserta kumbang-kumbangnya.
Tempat itu semua merupakan sarana atau tempat jin dan setan untuk mengambil bahan-bahan wewangian, dan Tuhan apabila berkehendak akan menyiramkan sari-sari bunga. Seperti hujan air mawar misalnya, airnya itu akan diambil dari sana, jadi merupakan persedian untuk hal itu.
Kemudian terlihat pula ada gunung-gunung ratna, gunung suwasa, gunung biduri, gunung angkik berhadapan dengan gunung belerang merah. Gunung kaca gemilang berkilap jernih. Itu adalah kaca cermin ketika terjadi, apabila terdapat bintang mendekatinya maka akan menjadi hancur. Apabila kelihatan dari dunia, benda itu akan memancar dan disebutnva dengan teja sulaksa.
Terlihat lagi sekelebat gunung baja, dan gunung batu berhadapan dengan kemenyan serta gunung rumput bertebaran amat sangat luasnya. Gunung rumput itu apabila sewaktu-waktu ada bintang berputar mendekati ia akan terbakar. Dengan terbakarnya rumput-rumput itu maka menimbulkan kepulan-kepulan asap. Dan apabila rumput habis terbakar maka asap pun akan berhenti pula," ungkap Raja Thoyib, ‘peristiwa ini di dunia oleh manusia terkenal dengan sebutan ‘Bintang Kukus’ atau ‘Bintang Berekor’, karena tentu saja mereka melihatnya dari jarak jauh."
Kemudian sekelebatan lagi melihat gunung timah, gunung tembaga, dan yang paling ujung kelihatan gunung mega, apabila didekatkan akan kelihatan hujan. Dan apabila tersibak oleh cahaya matahari akan menimbulkan pelangi yang indah sekali.
Katanya lagi, "Manusia di dunia menamakannya juga dengan pelangi atau bianglala. Sesungguhnya timbulnya bianglala ini disebabkan dari air hujan yang terbias oleh cahaya matahari, itulah maka timbul pelangi, apabila mendungnya itu luas, maka akan kelihatan pelanginya itu melengkung mengikuti biasan cahaya mataharinya.
Perjalanan mereka dilanjutkan kembali. Lalu ada lagi yang terlihat, yaitu gunung sinar. Sinarnya begitu dingin. Bertumpuk-tumpuk seraya berkerlap-kerlip; terang redup-terang redup. Ada lagi terlihat gunung embun. Airnya sangat dingin. Berhadapan dengan gunung api dan gunung bara. Di antara keduanya terdapat gunung belerang. Di sana keluar minyak yang meleleh. "Itulah sesungguhnya (gunung embun) yang memberi embun kepada dunia. Dan apabila Ilahi berkehendak, akan menghujani dengan api serta bara kepada yang telah dikehendaki Ilahi agar dilakanat-Nya. Itulah sebagai persediaannya dan sewaktu-waktu, saat-saat rembulan dekat melewatinya, asap belerang itu akan meleleh deras panas serta tinggi daya kekuatannya. Apabila jatuh ke dunia, misalnya, jatuhnya di gunung atau di lautan, suaranya bergemuruh terdengar oleh manusia. Manusia yang tidak menemui akalnya akan menamainya dengan ‘andaru’ jatuh."
Nabi Sulaiman tertawa lucu seraya berkata, "Yah, memang jauh sekali dari kebenarannya. Manusia di dunia banyak sekali salah terka."
Dalam perjalanan berikutnya, terlihat pula telaga susu. Di ujungnya kelihatan mengental. Sang Nabi pun bertanya, "Pamanku yang mulia, apakah itu sebenarnya? Lautan itu kelihatan amatlah sangat putih.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar